stockpapers

Cara Menghitung Valuasi Saham

Melanjutkan dari tulisan sebelumnya mengenai aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam memilih perusahaan, kali ini saya akan membahas mengenai metode dalam menentukan valuasi suatu perusahaan.

Dalam menghitung valuasi ada 2 rasio dasar yang wajib Anda ketahui:

  1. Price to Earning Ratio (PER)
  2. Price to Book Value Ratio (PBV)

Metode Price to Earning Ratio (PER)

Rasio ini sederhananya membandingkan antara harga saham dan laba bersih perusahaan.

Kita langsung saja coba hitung dengan contoh Perusahaan Ultrajaya kembali (ULTJ)

Pada akhir tahun 2018 ULTJ dijual pada harga Rp. 1200,- per lembar saham dan laba perusahaan sebesar 697,7 Miliar rupiah dan saham yang beredar sebanyak 11,55 miliar lembar.

Rumus untuk menghitung PER yaitu:

PER = Harga saham/Laba per Saham (EPS)

Pertama kita hitung dulu nilai laba per saham (EPS)

EPS = Laba Bersih/Jumlah saham yang beredar
EPS = 697,7 Miliar/11,55 miliar
EPS = 60,4 

Selanjutnya kita menghitung nilai PER

PER = Harga saham/EPS 
PER = 1200/60,4 
PER = 19,86x 

Apa artinya PER sebesar 19,86x ini ?

Artinya setiap 19,86 rupiah yang Anda investasikan akan menghasilkan laba bersih sebesar 1 rupiah dalam setahun.  

Jangan lupakan nilai PER dihitung dalam periode satu tahun, jika Anda menggunakan laporan kuartal, maka Anda harus mensetahukan nilai EPSnya terlebih dahulu.

Nilai PER yang sebesar 19,86 kali ini terbilang cukup tinggi. Perusahaan yang memiliki valuasi murah akan dijual dengan nilai PER kurang dari 15x.

Selain PER ada juga istilah rasio Initial Rate of Return (IRR). Rasio ini adalah kebalikan dari PER, rumusnya:

IRR = (1/PER) x 100%

Berdasarkan contoh saham ULTJ, nilai IRR pada akhir 2018 sebesar

IRR = (1/19,86) x 100% = 5%

Ini berarti dalam setahun ULTJ menghasilkan return investasi sebesar 5%. Return ini sedikit lebih rendah dari return bunga deposito saat ini yang sebesar 5,5%.

Karena saham memiliki resiko yang jauh lebih tinggi dari deposito maka sebaiknya Anda membeli saham dengan nilai IRR yang lebih besar dari BI rate dan bunga deposito.

Metode Price to Book Value (PBV)

Sederhananya, rasio ini menjelaskan perbandingan antara harga saham dengan ekuitas perusahaan. Jangan lupakan bahwa ekuitas adalah besaran aset perusahaan setelah dikurangkan dengan liabilitas.

Dengan kata lain rasio ini berarti membandingkan nilai jual perusahaan terhadap kekayaan bersihnya.

PBV = Harga saham / Book Value per Share (BVPS)

Sekarang mari coba kita htung PBV saham ULTJ dengan harga saham Rp. 1200

Pertama-tama kita hitung nilai BVPS dahulu:

 BVPS = Ekuitas / Jumlah saham yang beredar 
 BVPS = 4660 Miliar / 11,55 miliar  
 BVPS = 403,5  

Sehingga nilai PBV nya sebesar

 PBV = 1200 / 403,5
 PBV = 2,97x  

Apa artinya rasio PBV 2,97x ini ?

Ini berarti Anda harus membayar hampir 3 rupiah untuk setiap 1 rupiah kekayaan bersih perusahaan.

Secara rasio, valuasi PBV ULTJ terbilang cukup mahal, namun itu mungkin harga wajarnya jika dibandingkan dengan prospek perusahaan dan stabilnya pertumbuhan perusahaan.

Perusahaan yang memiliki valuasi murah akan memiliki PBV kurang dari 1,5x.

Namun boleh saja Anda membeli saham dengan PBV lebih dari 1,5x asalkan saham tersebut memiliki ROE yang tinggi, dan hutang yang rendah.

Misalnya saham HMSP yang memiliki ROE 42,5%, sudah sangat wajar perusahaan tersebut dinilai dengan PBV lebih dari 1,5x

Oleh karena itu, aspek PBV, PER, DER dan ROE harus dipertimbangkan secara keseluruhan, tidak bisa Anda menilai hanya dari satu aspek saja.

Namun pada umumnya, perusahaan dengan ROE 10% akan memiliki PBV wajar sebesar 1x, jika ROE 20% PBV wajarnya 2x, jika ROE 30% PBV wajarnya 3x dan seterusnya, dengan catatan hutang perusahaan harus tetap dijaga rendah.

Dan jika Anda menemukan saham dengan PBV <1x, bukan berarti itu pasti pilihan terbaik. Anda juga harus melihat apa saja jenis aset yang dimiliki perusahaan.

Bisa jadi kekayaannya berasal dari aset berupa persediaan yang sudah usang dan susah untuk dijual. Sehingga profit perusahaan pun sangat rendah akibat penjualan yang rendah karena produk tidak laku.

Dan jika aset ini terpaksa harus dijual mungkin nilainya akan lebih rendah dari pada saat pencatatannya.

Namun dilain sisi, Anda juga tetap bisa memperoleh saham dengan PBV rendah di pasar modal, terlebih lagi ketika kondisi pasar sedang bearish ataupun resesi.

Leave a Comment