Pada tulisan sebelumnya, Anda telah mengenal komponen-komponen laporan keuangan suatu perusahaan.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara mengetahui kalau nilai intrinsik perusahaan lebih murah dari harga sahamnya ?
Bagaimana cara mengetahui manajemen perusahaan baik atau buruk ?
Apakah perusahaan A lebih bagus dari perusahaan B ?
Pada bagian ini kita akan membahas cara menilai suatu perusahaan, sehingga tidak akan ada lagi nantinya istilah membeli kucing dalam karung.
Kita akan berinvestasi pada suatu perusahaan jika dan hanya jika kita tahu kinerja dan fundamentalnya.
Terdapat enam aspek yang wajib Anda penuhi saat memilih suatu perusahan, yaitu:
- Bidang usaha yang baik dan prospek perusahaan cerah
- Dikelola oleh manajemen yang jujur dan berintegritas
- Memiliki hutang yang rendah
- Memiliki laba yang besar
- Perusahaan bertumbuh
- Valuasi perusahaan murah
Nah sekarang mari kita bahas satu per satu.
1. Bidang usaha yang baik dan prospek perusahaan cerah
Dalam memilih bidang usaha, ada baiknya bidang tersebut sudah sangat Anda pahami dan sukai.
Misalnya saja jika Anda saat ini kerja di perusahaan perbankan, tentunya Anda lebih paham dan mengerti bisnis prosesnya dibandingkan orang yang bekerja disektor perkebunan.
Ini berarti Anda sudah unggul satu poin dibanding investor lain, ibarat lari Anda sudah berhasil curi start.
Persoalan selanjutnya, Apakah sektor yang Anda sudah sukai/kuasai tersebut memiliki prospek yang cerah kedepannya ?
Anggap saja Anda bekerja di sektor perminyakan dan Anda menyukai dan menguasai bidang ini.
Tapi apakah Anda yakin kalau permintaan akan minyak bumi kedepannya akan semakin meningkat ? jangan-jangan malah semakin menurun akibat berkembangnya kendaraan listrik ?
misalnya saja Anda kerja di perusahaan produsen plastik, apakah Anda yakin konsumsi masyarakat akan plastik terus meningkat ditengah isu lingkungan yang cendurung skeptis terhadap plastik ?
Atau misalnya Anda bekerja di sektor konstruksi, apakah masih banyak daerah di Indonesia yang infrastrukturnya masih belum dikembangkan ? sehingga permintaan proyeknya akan semakin meningkat.
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang Anda harus jawab dulu sebelum memilih suatu bidang usaha.
Bagaimana jika bidang yang saya sukai tidak memiliki prospek yang cerah kedepannya ?
Anda bisa memilih bidang lain yang dekat dengan keseharian Anda, tentunya dengan banyak membaca pasti akan memahami bidang tersebut.
Misalnya saja bidang consumer goods, pasti Anda sudah sangat familiar dengan produk-produk seperti Indomie, susu ultra, teh kotak, rokok gudang garam dsb.
Ini akan mempermudah Anda memahami bisnis prosesnya.
Akan LEBIH BAIK jika Anda memilih bidang yang mampu memberikan pendapatan yang stabil bertumbuh dan atau bisnis prosesnya mudah sehingga orang bodoh pun bisa menjalani bisnisnya
Lebih stabil mana, bidang consumer goods atau konstruksi ?
Lebih mudah mana, bisnis maskapai pesawat atau pakan ayam?
Memilih bidang yang pendapatannya stabil dan bisnisnya mudah akan membuat pekerjaan Anda lebih mudah. Anda bahkan tidak harus sering-sering memantau perusahaannya karena pendapatannya yang tidak fluktuatif dan bisnis prosesnya pun akan begitu-begitu saja.
2. Dikelola oleh manajemen yang jujur dan berintegritas
Mengetahui siapa manajemen perusahaan adalah hal yang paling penting menurut saya.
Sudah ada banyak kasus pemalsuan laporan keuangan/financial fraud yang sangat merugikan para investor.
Pihak manajemen melakukan manipulasi laporan sehingga seolah-olah laba perusahaan meningkat padahal faktanya perusahaan merugi, atau aset perusahaan meningkat drastis akibat revaluasi nilai aset dan masih banyak kasus lainnya.
Manajemen yang tidak jujur juga sering kali mengambil uang perusahaan dan memindahkan ke perusahaannya yang lain.
Banyak kasus juga manajemen yang suka memainkan harga saham sehingga harga sahamnya sering terfluktuasi naik turun padahal kinerja fundamentalnya tidak ada perubahan.
Saya pribadi telah melakukan blacklist kepada beberapa manajemen sehingga berapa menarik pun valuasi perusahaan yang dimilikinya saya tidak akan membelinya.
Tips berikut mungkin bisa membantu Anda untuk mengetahui kualitas manajemen yang baik:
- Tidak sering melakukan transaksi afiliasi
Manajemen perusahaan yang baik akan sangat jarang melakukan transaksi afiliasi baik itu pemindahan aset ataupun penggunaan aset perusahaan untuk kepentingan manajemen
Setiap transaksi afiliasi wajib dilaporkan kepublik sehingga Anda dengan mudah bisa memantaunya
- Jujur dalam menyampaikan masalah perusahaan
Manajemen perusahaan baik direksi dan komisaris wajib melaporkan seluruh kegiatan operasi perusahaan selama satu tahun dalam laporan tahunan perusahaan.
Terdapat beberapa manajemen yang menyampaikan laporannya seolah-olah perusahaan berjalan baik-baik saja, padahal sebenarnya perusahaan sedang menghadapi permasalahan bisnis.
Saya pribadi lebih menyukai manajemen yang menyampaikan laporannya secara jujur, meskipun perusahaan sedang dilanda masalah besar.
Manajemen yang baik akan mengakui setiap kesalahan mereka dalam mengambil keputusan investasi/bisnis dan selalu berupaya memperbaiki kedepannya dan menyampaikan rencana perbaikannya kepublik.
Untuk mengetahui kualitas manajemen Anda bisa membaca laporan direksi dan komisaris selama 5-10 tahun terakhir. Lihatlah apakah rencana yang mereka sampaikan akan benar-benar diterapkan ditahun berikutnya.
Anda juga dapat mengetahui konsistenitas manajemen dalam pengambilan keputusan jika membaca laporannya selama 5-10 tahun kebelakang.
3. Memiliki hutang yang rendah
Orang-orang bilang berinvestasi saham sangat berisiko. Tentunya sebagai investor kita harus bertindak konservatif untuk dapat selalu meminimalisir resiko ini.
Dengan memilih perusahaan yang memiliki hutang yang rendah, tentunya resiko investasi kita akan jauh berkurang.
Perusahaan yang memiliki hutang yang rendah tentu akan lebih kuat menghadapi setiap situasi ekonomi bahkan pada saat krisis sekalipun.
Karena meskipun pendapatan perusahaan menurun drastis pada saat krisis, perusahaan akan terhindar dari resiko kebangkrutan karena memiliki hutang berbunga yang harus dibayar hanya dalam jumlah kecil atau bahkan tidak sama sekali.
Selanjutnya bagaimana cara mengetahui hutang perusahaan yang rendah/tinggi ?
Untuk mengukurnya, Anda dapat membandingkan jumlah hutang perusahaan terhadap ekuitas.
Rasio ini dikenal dengan istilah Debt to Equity Ratio (DER).
DER = Total Liabilitas/Total Ekuitas
Misalnya untuk mendirikan usaha bakso Anda membutuhkan dana 10 juta, namun Anda hanya memiliki modal 8 juta, sehingga Anda memutuskan untuk melakukan pinjaman bank sejumlah 2 juta.
Pada kasus ini rasio hutang (DER) Anda yaitu: 2 juta/8juta = 0,25x
Warren Buffet sendiri mematok rasio DER maksimal 0,5x untuk dikategorikan sebagai perusahaan dengan hutang yang rendah.
Sekarang coba kita menghitung rasio hutang perusahaan Ultrajaya (ULTJ)
Laporan disajikan dalam jutaan rupiah, sehingga hutang ULTJ pada desember 2018 sebesar 780,9 miliar dan ekuitasnya sebesar 4,66 triliun rupiah sehingga didapat rasio DER sebesar 0,16x.
Rasio hutang sebasar 0,16x ini tergolong sangat rendah, dan ULTJ dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat.
4. Memiliki laba yang besar
Memiliki perusahaan dengan laba yang tinggi ibarat memiliki mesin pencetak uang.
Perusahaan akan sangat cepat melipat gandakan uangnya sehingga akan berdampak terhadap meningkatnya harga saham perusahaan.
Untuk menghitung laba perusahaan, Anda dapat menggunakan rasio Return on Equtiy (ROE) atau dengan kata lain membandingkan laba bersih perusahaan terhadap ekuitasnya.
Sebagai contoh kita akan menggunakan laporan Perusahaan Ultrajaya (ULTJ) kembali.
ROE = (Laba Bersih Entitas Induk/Ekuitas) x 100%
Laba bersih ULTJ sebesar 687,7 miliar sedangkan ekuitasnya 4,66 triliun sehingga didapat ROE sebesar
ROE =(687,7 / 4660,2) x 100% = 14,7%
Jangan lupa ROE biasanya dinyatakan dalam persen, jadi Anda perlu mengalikannya dengan 100.
ROE sebesar 14,7% ini sudah cukup baik, Warren Buffet sendiri biasanya mematok ROE harus lebih dari 8% untuk perusahaan yang bertumbuh dengan stabil.
Namun untuk perusahaan yang bisnis modelnya cepat berubah seperti perusahaan teknologi, tentunya ROE minimal yang harus dipatok harus lebih besar dari 8%.
Tapi Anda harus berhati-hati dalam menggunakan nilai ROE. Coba Anda perhatikan ilustrasi dibawah ini:
Pada Case1 sampai Case10 nilai laba bersih perusahaan sama yaitu 100, namun lihatlah nilai ROEnya pada Case1 hanya 10% sedangkan pada Case10 ROEnya 100%.
Ini dikarenakan pada Case1 seluruh aset perusahaan disokong oleh Ekuitas sedangkan pada Case10 90% aset perusahaan dibiayai oleh hutang.
Tentunya pada Case10 adalah Case yang sangat riskan bagi perusahaan.
Sebagian besar laba perusahaan akan habis hanya untuk membiayai bunga dari hutang yang diambil perusahaan.
Dan apabila kinerja perusahaan menurun menyebabkan perusahaan akan sangat rentan mengalami kebangkrutan
Itulah mengapa ROE tidaklah menjadi satu-satunya patokan, aspek nomor 3 wajib dipenuhi sebelum beralih keaspek nomor 4.
5. Perusahaan bertumbuh
Cara termudah melihat pertumbuhan perusahaan yakni dengan melihat besarnya ekuitas dan laba yang diperoleh perusahaan 5-10 tahun yang lalu dan dibandingkan dengan laba dan ekuitas perusahaan sekarang.
Perusahaan yang bertumbuh seharusnya bisa meningkatkan laba dan ekuitasnya. Misalnya saja pada Perusahaan Ultrajaya (ULTJ) laba perusahaan pada tahun 2009 sebesar 61 miliar dan ekuitasnya sebesar 1,19 triliun.
Sedangkan pada akhir tahun 2018 laba perusahaan sudah berada pada nilai 687,7 miliar dan ekuitasnya sebesar 4,66 triliun.
Ini berarti pertumbuhannya cukup masif. Labanya meningkat 11,2x dan ekuitasnya meningkat 3,9x dalam 9 tahun terakhir.
Sebenarnya terdapat rumus untuk mengetahui pertumbuhan perusahaan yakni dengan menggunakan metode CAGR. Namun metode ini akan Saya jelaskan pada bab selanjutnya.
6. Valuasi perusahaan murah
Aspek terakhir yang harus Anda perhatikan adalah valuasi saham. Aspek ini sangat berkaitan dengan harga saham perusahaan saat ini.
Jika Anda menemukan perusahaan yang memiliki hutang rendah, laba besar, dan manajemen yang sudah baik, namun valuasi perusahaan sangat tinggi sebaiknya Anda tidak membelinya terlebih dahulu.
Karena jika suatu saat kinerja perusahaan menurun baik karena pengaruh ekonomi global atau internal perusahaan, maka kemungkinan besar harga sahamnya akan turun sehingga valuasinya akan sama dengan nilai intrinsiknya atau bahkan lebih murah.
Disinilah seorang value investor mulai bekerja, dengan membeli perusahaan bagus yang harga sahamnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara menilai valuasi perusahaan ?
Akan kita bahas pada bab selanjutnya.
Sumber: Laporan Keuangan PT. Ultrajaya Milk Industri Tbk. (ULTJ)
Terimakasih, ilmu yang sangat bermanfaat untuk investor pemula.