Pasar properti mulai menggeliat setelah sebelumnya justru kurang diminati pada masa pandemi COVID-19. Data dari Rumah.com Indonesia Property Market Report Q2 2023 menunjukkan bahwa indeks permintaan apartemen pada triwulan I (Januari-Maret) 2023 naik sebesar 13,4 persen. Adapun indeks permintaan rumah tapak juga naik 14,5% pada periode yang sama. Sembari pasar apartemen menuju keseimbangan baru dari sisi harganya, kabar ini tentunya menjadi sentimen yang baik untuk perusahaan yang bergerak di bidang ini. Salah satunya adalah PT. Perdana Gapuraprima (kode saham GPRA) yang memang bergerak di bidang properti. Apakah saham GPRA mendapatkan imbas dari sentimen positif ini? Bagaimana dengan kinerja perusahaan selama ini? Mari kita bedah analisis saham GPRA dalam tulisan ini.
Tentang Perseroan
Gunarso Soesanto Margono merupakan nama yang tidak asing di dunia properti Indonesia. Mulai dari usaha tekstil di Tanah Abang dan bisnis beras di Cipinang, beliau mendapatkan kesempatan berharga ketika bermitra dengan INKUD. Dari kemitraannya ini, Gunarso berhasil membangun perumahan di Lampung serta membeli tanah di Bekasi Selatan secara pribadi. Tanah di Bekasi ini berhasil dijual ke PT Metropolitan. Keberhasilan ini menumbuhkan kepercayaan diri beliau untuk menjalankan industry properti. Dari ini pula PT Perdana Gapura Mas didirikan pertama kalinya pada 1987 dan selanjutnya menjadi PT Perdana Gapuraprima.
Perusahaan sudah menyelesaikan setidaknya 30 portofolio properti dalam dua dekade terakhir. Mayoritas properti yang dimiliki terdiri atas perumahan, apartemen, hotel, perkantoran, dan mall. Beberapa diantaranya adalah Great Western Resort, Bukit Cimanggu City, GP Plaza Slipi, dan The Bellezza.
Kepemilikan saham
Pemegang saham mayoritas saham GPRA adalah PT. Abadimukti Gunalestari dengan kepemilikan 63,11% dari total saham GPRA yang beredar. Perlu diketahui bahwa PT. Abadimukti Gunalestari merupakan induk dari Gapuraprima Group yang saat ini dipimpin oleh Rudy Margono menggantikan Gunarso Margono yang wafat tahun lalu. Adapun 31,04% dari saham yang beredar dimiliki oleh Masyarakat dengan porsi kepemilikan mereka yang kurang dari 5%.
Pendapatan dan Segmen Pendapatan
Mari kita mulai analisis saham GPRA dari pendapatannya. Pendapatan perusahaan terlihat fluktuatif dalam 10 tahun terakhir. Meskipun belum dapat menyamai rekor pendapatan tertingginya sebesar 565 miliar Rupiah, pendapatan perusahaan masih bisa bertumbuh dari titik terendahnya pada tahun 2020 lalu. Jika dibandingkan dengan pendapatan tahun 2020 dengan 2022, pendapatan perusahaan sudah meningkat dengan CAGR 6,86% per tahunnya. Kabar baik ini juga diikuti dengan peningkatan pendapatan di semester I 2023 sebesar 24,3% dari pendapatan semester I 2022.
Dari 370 miliar Rupiah pendapatan GPRA di tahun 2022, sekitar 65% diantaranya didapat lewat bisnis perumahan dan kapling. Pertumbuhan pendapatan dari sektor ini memang sejalan dengan pertumbuhan sektor real estate Indonesia dari catatan Kemenperin sebesar 2,78% di akhir 2022. Sektor apartemen, perkantoran, dan pusat perbelanjaan perlu menjadi perhatian GPRA karena sektor ini anjlok lebih dari 40% di tahun 2022. Akan menarik untuk melihat kinerja perusahaan ini di tahun 2023 nanti.
Laba Bersih dan Profitabilitas
Pertumbuhan yang cukup baik justru dirasakan pada laba bersih perusahaan. Per akhir 2022 GPRA mencatatkan kenaikan laba bersih 1,5 kali lipat dibandingkan laba bersih di tahun sebelumnya. Dalam 10 tahun terakhirpun terllihat bahwa perusahaan dapat meningkatkan laba bersihnya dengan CAGR 3,10% per tahunnya, meskipun ada fluktuasi pada laba bersihnya. Efisiensi beban pokok penjualan apartemen dan perkantoran menjadi faktor utama kenaikan laba bersih di tahun 2022 ini. Kenaikan juga diperoleh pada semester I 2023 (39 miliar Rupiah) jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Melesunya pasar properti sejak 2015 juga berpengaru pada profitabilitas GPRA. Bisa dilihat bahwa sejak 2016 GPRA tidak mampu meraih ROE di atas 8%. Namun dari sentimen positif terhadap industri properti ini bisa membantu menggenjot kinerja GPRA.
Neraca Keuangan Perusahaan
Pengalaman perusahaan dalam menghadapi dua krisis besar yang menghantam Indonesia sangat terlihat pada aset perusahaan yang tetap bertumbuh bahkan ketika pandemi lalu. Jika ditelaah dari tahun 2012 hingga 2022, aset perusahaan telah bertumbuh dengan CAGR 3,12% per tahunnya. Dalam periode yang sama, ekuitas perusahaan sudah bertumbuh dengan CAGR 5,3% per tahunnya.
Dari 1,859 triliun Rupiah aset GPRA di tahun 2022, 603 miliar Rupiahnya adalah liabilitas dan 1,17 triliun Rupiah sisanya adalah ekuitas. Ini menjadikan debt to equity ratio (DER) perusahaan sebesar 0,54. Dengan Current Ratio perusahaan sebesar 2,96 kali dan Interest Coverage Ratio (ICR) sebesar 5,37 kali, perusahaan tidak terlalu terbebani dengan liabilitas jangka pendeknya. Apalagi dari total liabilitasnya di tahun 2022, sekitar 150 miliar Rupiah diantaranya adalah utang bank jangka panjang. Ini hanya sekitar 25% dari total liabilitas GPRA.
Aliran Kas Perusahaan
Aliran kas GPRA terlihat cukup fluktuatif. Ini dapat dilihat dari perolehan aliran kas operasinya yang juga fluktuatif, namun masih cukup sering mencatatkan kas operasi positif. Bahkan dalam tahun 2020 hingga 2022 perusahaan masih bisa mencatatkan arus kas operasi positif.
Valuasi Saham GPRA
Per artikel ini ditulis saham GPRA dihargai pada 102 Rupiah per lembar saham. Ini berarti saham GPRA dihargai pada PBV 0,37x dan PER 5,51x. Harga ini termasuk murah jika dibandingkan dengan rerata PER pada tahun 2012 hingga 2022 sebesar 10,26x dan rerata PBV di periode yang sama sebesar 0,64x. Dengan market cap sebesar 436 miliar Rupiah, harga saat ini sudah terdiskon hampir 70% jika dibandingkan aset properti GPRA sebesar 1,3 triliun Rupiah.
Penutup
PT. Perdana Gapuraprima sudah memiliki lebih dari 35 tahun pengalaman di bidang properti dengan berbagai macam portfolio baik di perumahan, apartemen, perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Perusahaan sudah melewati 2 krisis besar di Indonesia (krisis moneter 1998 dan krisis keuangan 2008) dan bahkan pandemi COVID-19.
Perusahaan ini termasuk perusahaan keluarga karena masih dikendalikan oleh keluarga Margono, yang sebenarnya termasuk baik karena keluarga masih percaya akan prospek perusahaan. Sentimen baik juga membantu kinerja perusahaan dari segi pendapatan dan laba bersih yang terus bertumbuh semenjak pandemi COVID-19. Neraca keuangan perusahaan relatif sehat dan perusahaan masih bisa memberikan arus kas operasi positif meskipun fluktuatif. Menarik untuk melihat kinerjanya di akhir tahun nanti.
Adapun dengan harga saham GPRA yang berada pada PER 5,51x dan PBV 0,37x, harga ini masih terbilang menarik dibandingkan rata-rata PER dan PBV dalam 10 tahun terakhir. Namun analisis saham GPRA lanjutan perlu Anda lakukan untuk memastikan keputusan pembelian Anda.
Referensi:
Indonesia Property Market Report Q2 2023