Berbicara mengenai kontraktor bangunan gedung, terdapat beberapa emiten yang memiliki kinerja yang cukup baik hingga tahun 2019.
Namun salah satu yang menarik bagi saya adalah PT. Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA) selain karena kinerjanya masih cukup oke ditengah perlambatan ekonomi ditahun ini, sahamnya pun masih tergolong undervalue. Langsung saja disimak bahasannya sebagai berikut.
PT. Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA) adalah salah satu building contractor company swasta di Indonesia yang merupakan anak perusahaan PT. Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan memiliki fokus pada konstruksi high risk dan premium building.
NRCA telah memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun (didirikan pada 17 September 1975) dan rekam jejak yang baik dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi seperti perhotelan, apartemen, pusat perbelanjaan, perkantoran, rumah sakit serta pengerjaan struktur. Pemegang saham terbesar NRCA adalah PT. Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) sebesar 63,35% dan PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG) sebesar 6,97%.
KINERJA KEUANGAN NRCA TAHUN 2019
Selama 9 tahun terakhir, nilai asset perusahaan terus bertumbuh dari 512 miliar ditahun 2010 menjadi 2,25 triliun ditahun 2018 lalu. Besaran aset ditahun 2018 tersusun atas 1,2 triliun ekuitas dan 1,04 triliun liabilitas
Rasio Kerentanan
Berdasarkan perbandingan Debt to Equity (DER), NRCA memiliki rasio sebesar 86,61%. Perbandingan total aset lancar terhadap liabilitas jangka pendeknya pun sebesar 2,07x.
Oleh karena itu, hal ini berarti Nusa Raya Cipta memiliki struktur permodalan yang kuat dimana aset lancarnya mampu membayar 2 kali liabilitas jangka pendeknya. Terlebih lagi jumlah pinjaman berbunganya di 2018 hanya sebesar 8,7 miliar atau hanya 0,72% dari total ekuitasnya. NRCA Sangat aman dan cenderung konservatif terhadap hutang.
Segmen Pendapatan Perusahaan
Berdasarkan annual report tahun 2018, pendapatan perusahaan ditahun 2018 meningkat sebesar 13,55% dari tahun 2017 dan masih didominasi oleh jasa konstruksi sebesar 99,86% dan penyewaan hotel sebesar 0,14% melalui anak usahanya PT. Sumbawa Raya Cipta. Di sektor konstruksi juga masih berfokus pada proyek di Jawa dan Bali.
Pendapatan hingga Q2 2019
Pada kuarter 2 tahun 2019 sebesar 1,31 triliun yang meningkat sebesar 13,62% dari Q2 2018 yakni sebesar 1,15 triliun rupiah. Namun pencapaian NRCA hingga Q2 2019 baru sekitar 48,64% dari target pendapatan yang sebesar 2,7 triliun. Besaran margin laba kotor (GPM) perusahaan pun sudah berada di angka 10,53%.
Dari sisi laba bersih, NRCA mampu meningkatkan laba bersih perusahaan sebesar 38,17% dimana nilai laba bersih di Q2 tahun 2018 sebesar 74 miliar dibanding Q2 tahun sebelumnya sebesar 53,6 miliar. Net Profit Margin (NPM) nya pun mengalami peningkatan menjadi 5,64%.
Kontrak Baru Nusa Raya Cipta (NRCA)
Nilai sisa kontrak untuk tahun 2019 sebesar 4,443 triliun yang meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 4,204 triliun. Hingga 30 April 2019 pencapaian kontrak baru perusahaan baru sebesar 1,4 triliun dimana kontrak baru yang berhasil diperoleh ditahun sebelumnya mencapai 2,693 triliun.
Sehingga, perusahaan masih memiliki waktu hingga akhir tahun untuk terus mengikuti tender untuk menambah nilai kontraknya. Kontrak baru yang diperoleh perusahaan terdiri dari: Carstensz Apartement Paramount Serpong, JHL Galeri Gading Serpong, Pek. Perluasan Pabrik Harvestar Gresik, Musim Mas 1 Martubung, dan Apartemen 57 Promenade Jakarta.
Rasio Profitibilitas
Pendapatan hingga Q2 2019 yang sebesar 1,31 triliun, sudah menghasilkan Return on Equity (ROE) sebesar 6,12% dan dapat diperkirakan akan mencapai 12,25% hingga akhir tahun 2019. Dilain sisi rata-rata ROE selama 9 tahun terakhir sebesar 18,39%. Namun jika dilihat dari 9 tahun terakhir stabilitas laba yang dihasilkan perusahaan sangat tidak stabil.
Hal ini dikarenakan permintaan akan property sangat dipengaruhi oleh kemampuan daya beli masyarakat, melemah atau menguatnya ekonomi, dan stabilitas politik. Hal ini juga yang merupakan kendala di tahun 2019 ini sehingga para developer cenderung wait and see untuk membangun gedung-gedung baru.
Secara cashflow, di Sembilan tahun terakhir NRCA rata-rata membukukan operating cashflow yang positif hanya saja ditahun 2018 yang lalu NRCA membukukan operating cashflow negatif, yaitu sebesar -78,2 miliar. Akan tetapi nilai kas yang besar (663,6 miliar) menyebabkan aliran uang perusahaan berada dikategori yang sangat aman. Terlebih lagi hingga Q2 2019 operating cashflow perusahaan kembali positif yaitu sebesar 9,35 miliar.
Jangan lupakan Cash is King!
Rasio Valuasi
Pada harga Rp 394, saham NRCA memiliki rasio PBV dan PER masing-masing sebesar 0,81x dan 6,64x. Nilai PBV dan PER ini bisa dikatakan sangat menarik dan sangat murah apabila dibandingkan dan nilai PBV dan PER rata-rata 6 tahun terakhir (sejak IPO) yakni sebesar 1,78x dan 9,6x. Ditambah lagi rasio pertumbuhan EPS (CAGR) perusahaan sejak tahun 2010 hingga 2018 bisa dikatakan sangat baik yaitu sebesar 16,47%.
Namun, saya tidak akan menggunakan Discount Cash Flow (DCF) untuk menghitung nilai instrinsiknya dimasa yang akan datang karena pendapatan perusahaan tidak stabil dan sangat bergantung dari nilai kontrak tiap tahunnya.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, PT. Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA) merupakan salah satu emiten yang memiliki kinerja yang baik disektor konstruksi bangunan. Ditengah melemahnya permintaan akan property di tahun 2018 hingga 2019 ini pun, NRCA masih berhasil meningkatkan pendapatannya dibanding tahun 2018 sebesar 13,62%.
Terlebih lagi NRCA memiliki hutang berbunga yang sangat rendah yaitu hanya sebesar 0,72% dari porsi ekuitasnya, dan porsi kas yang juga besar (36,17% dari total asetnya) menjadikan NRCA tetap kuat dan mampu bertahan ditengah sulitnya sektor properti.
Perkiraan nilai ROE hingga akhir tahun 2019 sebesar 12,25%, namun dengan PBV 0,81 dan PER 6,64x menjadikan saham NRCA berada diposisi undervalue dengan kinerja yang masih tetap memuaskan.
Tetapi, tetap perlu diingat nilai perolehan kontrak baru hingga akhir April 2019 yang masih 50% dari nilai tahun sebelumnya, harus mampu ditingkatkan perusahaan.
Oleh karena itu, jika perolehan kontrak baru ini tidak mencapai target, maka akan menyebabkan laba perusahaan ditahun depan akan menurun, tetapi perlu diingat perusahaan masih punya waktu hingga akhir tahun 2019 nanti.
Dilain sisi, NRCA juga harus mampu bersaing dengan kontraktor gedung lainnya yang juga sudah memiliki nama besar sebagai contoh, PT. Total Bangun Persada Tbk. (TOTL) dan Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE).
Namun, perpindahan ibukota yang akan dimulai ditahun 2020 mungkin akan memberikan sentimen positif bagi perusahaan apabila pemerintah juga memberikan porsi pembangunan kepada sektor swasta.
Rating Kinerja: 8/10
Rating Saham: 8/10
Sumber: Laporan Keuangan NRCA, Laporan Tahunan NRCA, Public Expose NRCA, nusarayacipta.com