stockpapers

analisis saham issp

Analisis Saham ISSP: Demand Naik, Kinerja Naik?

Industri besi dan baja di Indonesia mulai menggeliat lagi. Bagaimana tidak, hingga akhir tahun 2022 konsumsi besi dan baja di Indonesia sebesar 16,6 juta ton, meningkat 7,1% dibandingkan tahun 2021. Ini juga diperkuat oleh prediksi Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) untuk konsumsi baja nasional untuk tahun 2023 sebesar 17,3 juta ton. Tentu ini merupakan kabar baik bagi perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan besi dan baja di Indonesia. Dari data inilah penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap perusahaan baja di Indonesia, salah satunya PT. Steel Pipe Industry of Indonesia (kode saham ISSP). Bagaimana kinerjanya selama ini dan potensinya untuk berkembang, yuk ikuti analisis saham ISSP kali ini!

Pabrik issp

Tentang Perseroan

PT. Steel Pipe Industry of Indonesia, Tbk. (lebih dikenal dengan SPINDO) sudah fokus ke industri pipa baja sejak didirikan pada tahun 1971. Dalam perkembangannya selama 52 tahun ini, SPINDO sudah memperluas produksi pipa baja dan karbonnya untuk keperluan industri minyak dan gas, konstruksi, infrastruktur, utilitas, furnitur, dan otomotif. Perusahaan juga memberikan jasa galvanisasi, shearing, slitting, 3LPE coating, epoxy coating, cement lining, dan uji kendali mutu di laboratorium modern perusahaan.

Produk-produk SPINDO juga sudah dipercaya pada proyek-proyek nasional yang dikerjakan oleh Perusahaan Gas Nasional (PGN), PT PP, dan Telkom Indonesia. SPINDO juga sudah termasuk dalam anggota Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) yang beranggotakan perusahaan-perusahan Indonesia yang bergerak di bidang besi dan baja.

Baca juga: Analisis Saham RUIS: Perusahaan Energi Yang Layak Dikoleksi?

Saat ini SPINDO sudah memiliki 6 production unit yang berada di Karawang dan Sidoarjo. Production unit SPINDO sudah menjadikan SPINDO menjadi perusahaan pipa besi dan baja terbesar di Indonesia. Tidak hanya kebutuhan di Indonesia, SPINDO juga melayani ekspor produknya ke beberapa negara seperti Timor Leste, Australia, Malaysia, Vietnam, Amerika, dan Kanada.

produksi ekspor spindo

Kepemilikan Saham ISSP

Per akhir tahim 2022, total saham ISSP yang beredar sebesar 7,185 miliar lembar saham. Dari sekian lembar saham tersebut, 55,94% dimiliki oleh PT Cakra Bhakti Para Putra. Adapun 42,38% atau 2,39 miliar dari total saham ISSP dimiliki oleh masyarakat. Kepemilikan masyarakat ini termasuk kepemilikan saham ISSP oleh DBS Bank Ltd. Sebesar 500 juta lembar saham.

pemegang saham issp

Pendapatan Perusahaan

Perusahaan mencatatkan pendapatan per akhir tahun 2022 sebesar 6,256 triliun Rupiah, naik 16,3% dibandingkan pendapatan per akhir 2021. SPINDO juga menjadi salah satu perusahaan yang berhasil bangkit dari kondisi pandemi COVID-19 dengan dengan CAGR 28,72% per tahunnya, dihitung dari 2020 hingga 2022. Jika ditarik mundur lagi dari tahun 2014, maka pendapatan perusahaan sudah bertumbuh sebesar 8,05% per tahunnya.

pendapatan analisis saham issp

Secara pendapatan, SPINDO merupakan perusahaan pipa besi dan baja terbesar di Indonesia. Bagaimana tidak, SPINDO berhasil mencatatkan pendapatan lebih dari 3 triliun rupiah sejak 2014. Angka ini jauh berbeda dengan kompetitornya (Bakrie Pipe Industries dan Krakatau Steel (kode saham KRAS)) yang pendapatannya bahkan belum menyentuh 2 triliun Rupiah hingga 2022.

SPINDO manufaktur pipa baja terbesar di indonesia

Meskipun pendapatan per kuartal II tahun 2023 sedikit menurun dibandingkan periode yang sama di tahun 2022, peluang SPINDO untuk meningkatkan pendapatan di akhir tahun ini masih tetap ada. Hal ini berkaitan dengan prediksi dari IISIA terkait peningkatan konsumsi baja nasional mencapai 17,3 juta ton tahun ini. Pertumbuhan konsumsi ini sangat didukung oleh proyek-proyek infrastruktur dan energi nasional.  Beberapa kebijakan dari pemerintah Indonesia mengenai program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) dan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap baja impor ikut mendukung naiknya konsumsi baja nasional.

grafik konsumsi baja nasional

Laba Bersih & Profitabilitas Perusahaan

Sayang pertumbuhan pendapatan yang cukup baik ini tidak diikuti dengan tren laba bersih yang positif. Bahkan di akhir 2022 pun laba bersih perusahaan turun 37% jika dibandingkan laba bersih di akhir 2021. Bahkan bisa dilihat pada tahun 2017 laba bersih perusahaan anjlok hingga mencapai 9 miliar Rupiah. Hal ini disebabkan oleh kenaikan biaya ekspor yang meningkat ketika penjualan ekspor yang juga meningkat di tahun 2017.

laba bersih issp hingga q2 2023

Fluktuatifnya laba bersih perusahaan selama 9 tahun terakhir juga ikut berimbas pada profitabilitas perusahaan. Bisa dilihat bahwa rasio ROA dan ROE perusahaan sangat fluktuatif dan baru pada tahun 2021 perusahaan bisa meraih kinerja ROE di atas 7%.

rasio profitabilitas issp

Adapun beban operasional SPINDO sebenarnya juga tergantung dari harga material utama pipa yakni besi dan baja. Jika dilihat kembali, harga besi dunia menanjak pada tahun 2017 (permintaan besi yang meningkat mengingat konstruksi yang menggeliat di China). Peningkatan ini terjadi juga di tahun 2021 (commodity boom akibat dampak COVID-19).

Baca juga: Prospek Saham Cikarang Listrindo (POWR)

steel rebar price in 10 years, source: tradingeconomics.com

Neraca Perusahaan

Perusahaan sebenarnya juga mencatatkan nilai aset yang relatif bertumbuh sepanjang tahun. Dalam periode 2014 hingga 2022 aset perusahaan sudah bertumbuh dengan CAGR 3,92% per tahunnya. Pertumbuhan ini ditopang oleh pertumbuhan ekuitasnya dengan CAGR 7,49% per tahunnya. Dengan ekuitas  sebesar 4,14 triliun Rupiah dan liabilitas sebesar 3,26 triliun Rupiah, maka rasio DER perusahaan ada di 0,78x. ini berarti rasio liabilitas terhadap ekuitas perusahaan per akhir 2022 pun masih terbilang aman.

balance sheet issp

Sayangnya, dari ekuitas dan liabilitas yang aman ini, perlu ditinjau lebih dalam liabilitas jangka pendeknya. Per akhir 2022 perusahaan memiliki utang bank jangka pendek sebesar 2,6 triliun Rupiah, hampir 80% dari total liabilitasnya. Utang bank saat ini memiliki bunga per tahun yang bervariasi dari 7,75% hingga 11% dan semuanya berjatuh tempo di tahun 2023.

hutang jangka pendek bank ISSP

Ini perlu menjadi catatan serius karena dari 4,4 triliun Rupiah aset lancar perusahaan per akhir 2022, 3,1 triliun Rupiah diantaranya adalah persediaan, dan kas perusahaan hanya 50 miliar Rupiah. Artinya perusahaan akan kesulitan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya jika kondisi ini terus terjadi. Oleh karenanya saat ini ISSP menerbitkan obligasi senilai 250 miliar Rupiah dan sukuk senilai 150 miliar Rupiah pada April lalu. SPINDO juga menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II pada Juli lalu. Seluruh obligasi dan sukuk yang dikeluarkan akan jatuh tempo 5 tahun lagi.

aset lancar issp

Aliran Kas Perusahaan

Kas perusahaanpun terbilang sangat fluktuatif. Meskipun pada beberapa tahun perusahaan dapat menghasilkan kas operasional positif, dalam beberapa periode kas perusahaan didapat dari aliran kas pendanaan. Ini berarti operasional perusahaan dalam beberapa periode tidak dapat menghasilkan kas. Bahkan laba bersih yang cukup baik di tahun 2021 dan 2022 pun tidak tercermin pada kas operasi perusahaan yang justru negatif.

aliran kas issp

Valuasi Saham ISSP

Per artikel ini ditulis, harga saham ISSP berada pada 290 Rupiah per lembar saham dengan nilai market capitalization sebesar 2,08 triliun Rupiah. Pada kondisi ini valuasi PER dan PBV saham ISSP berada pada 5,14 kali dan 0,48 kali. Jika dibandingkan median PER dan PBV saham ISSP dalam 8 tahun terakhir sebesar 7,96 kali dan 0,43 kali, maka bisa dikatakan bahwa saham ISSP termasuk tidak terlalu murah maupun terlalu mahal. Namun dengan market capitalization saat ini yang jauh lebih rendah dibandingkan aset lancar perusahaan, maka valuasi saat ini terbilang cukup menarik.

analisis valuasi per saham issp
analisis valuasi pbv saham issp

Penutup

PT. Steel Pipe Industry of Indonesia telah berkiprah selama 52 tahun sejak 1971. Ini menjadikan SPINDO sebagai salah satu pemain industri pipa besi dan baja terbesar di Indonesia. Dengan 6 unit produksinya, SPINDO mampu meningkatkan produksinya dan bahkan mengekspor ke beberapa negara termasuk Australia, Amerika Serikat, dan Kanada.

Dibalik pendapatannya yang relatif terus meningkat setelah IPO, laba bersihnya justru fluktuatif dan cukup bergantung pada harga komoditas bijih besi dan operasional ekspor. Konsumsi baja nasional yang meningkat secara konsisten sejak pandemi COVID-19 serta gencarnya proyek infrastruktur nasional dapat menjadi momentum yang baik bagi SPINDO.

Momentum yang baik ini diperlukan karena meskipun aset dan ekuitas perusahaan terus meningkat, perusahaan memiliki risiko dalam liabilitas jangka pendeknya yang akan berakhir. Perusahaan juga perlu memperhatikan aliran kas operasinya yang juga fluktuatif.

Pada harga 290 Rupiah per lembar, saham ISSP berada pada valuasi PER dan PBV masing-masing 5,14 kali dan 0,48 kali. Meskipun valuasi saat ini terlihat biasa saja, sebenarnya market capitalization ISSP saat ini jauh lebih murah dari total aset yang perusahaan miliki (bahkan untuk aset lancarnya saja). Namun analisis lebih mandalam tetap dibutuhkan untuk Anda memutuskan saham ini layak dibeli atau tidak.

Referensi:

Presentasi SPINDO 1H 2023

Laporan Tahunan ISSP Tahun 2017 – 2022

Laporan Keuangan ISSP Kuartal II Tahun 2023

IISIA – Outlook Konsumsi dan Produksi Baja Nasional 2021

industry.co.id – Konsumsi Baja Nasional Diproyeksi Capai 17,3 Juta Ton di 2023, IISIA Bongkar Penyebabnya

Stockbit Pro

Leave a Comment