Sektor migas sudah lama dikenal masyarakat sebagai industri bermodal besar yang diharapkan mendapatkan keuntungan besar. Sayangnya sektor ini mulai jarang dilirik oleh investor ritel mengingat masih banyak saham-saham menarik lain terutama di sektor penambangan batubara yang memang harganya melejit naik pada pandemi lalu. Sektor migas juga mengalami kendala dalam operasinya akibat perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan rantai distribusi minyak dan gas bumi terhambat. Namun di tengah kesulitan ini, Radiant Utama Interinsco (kode saham RUIS) sanggup bertahan dan menjadi salah satu pemain industri migas yang tetap eksis di Indonesia. Tertarik untuk mengikuti sepak terjang perusahaan ini dan analisis saham RUIS?
Tentang Perseroan
Radiant Group yang sudah memulai bisnisnya di bidang jasa untuk eksplorasi dan penambangan migas sejak 1970-an. PT. Radiant Utama Interinsco awalnya merupakan departemen inspection yang khusus menangani non-destructive testing (NDT) dan menjadi perseroan terbatas pada tahun 1984. Seiring bertumbuhnya perusahaan, RUIS akhirnya mengambil alih PT Suparco Indonesia di tahun 2002. Suparco Indonesia merupakan perusahaan yang berfokus pada penyediaan support teknis dan manpower untuk penambangan dan eksplorasi migas yang berdiri pada tahun 1979 dan masih tergabung dalam Radiant Group. Perseroan akhirnya mengambil langkah IPO pada tahun 2006.
Saat ini PT. Suparco Indonesia memiliki dua anak perusahaan: PT. Suparco Lines yang berfokus pada jasa pengadaan dan pengoperasian kapal untuk industri migas, dan PT Suparco Daya Wisesa yang berfokus pada penyediaan jasa eksplorasi lepas pantai). Wilayah kerja perusahaan sudah meliputi seluruh daerah di Indonesia, mulai dari Sumatera (Rokan Hilir, Duri, Batam, Muara Enim), Jawa, Kalimantan (Berau, Kutai, Balikpapan), Maluku, dan Papua. Tidak tanggung tanggung, perusahaan sudah bekerjasama dengan beberapa nama terkenal dalam industri migas: Pertamina, Schlumberger, Wartsila, British Petroleum, PetroChina, dan Medco Energi.
Saat ini perusahaan memiliki visi dan misi yang lebih luas, bukan hanya melayani jasa teknis dan manpower untuk industri migas namun untuk industri energi secara keseluruhan. Oleh karenanya, perusahaan juga mulai terlibat dalam proyek PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) 160kWp di Sumba Timur. Perusahaan juga bekerja sama dengan KS Orka Renewables Pte. Ltd. (perusahaan energi terbarukan asal Singapura) untuk mengembangkan pembangkit listrik geothermal di daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara yang bernaung pada PT. Sorik Marapi Geothermal Power.
Kepemilikan saham
Pemegang saham RUIS terbesar dimiliki oleh investor individu Haiyanto dengan porsi kepemilikan 27,53% dari total saham beredar. Haiyanto sendiri merupakan investor individu yang mirip dengan Lo Kheng Hong. Beliau sering diperbincangkan dalam dunia saham sebagai value investor namun info mengenai beliau sangat minim di internet. Haiyanto juga memiliki saham KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk.), INAI (Indal Aluminium Industry Tbk), dan MDLN (Modernland Realty Ltd. Tbk). Adapun masyarakat memiliki porsi kepemilikan yang cukup besar sekitar 34% dari total saham beredar (770 juta lembar).
Analisis Saham RUIS
Pendapatan dan Segmennya Perusahaan
Pendapatan perusahaan selama 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa pendapatan perusahaan cenderung bersifat fluktuatif mengikuti pergerakan harga minyak dunia. Hal ini dikarenakan harga minyak dunia juga fluktuatif mengikuti permintaan global akan migas. Meskipun demikian, perusahaan mampu bertahan dalam kondisi COVID-19 dan berhasil meningkatkan pendapatannya sejak tahun 2020 hingga 2022 dengan CAGR 2,75%. Hal ini disebabkan harga minyak dunia menanjak tajam akibat permintaan yang meningkat drastis seiring pulihnya kondisi dunia dari efek pandemi COVID-19.
Per akhir tahun 2022 pendapatan RUIS tercatat 1,7 triliun rupiah, hampir menyamai pendapatannya di tahun 2013 sebesar 1,79 triliun rupiah. Angka inipun naik sebesar 3,64% dari pendapatan tahun 2021 sebesar 1,64 triliun rupiah. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun Chevron sudah mengakhiri kontraknya di Blok Rokan pada Agustus 2021 lalu, perusahaan masih dapat menghasilkan pendapatan di sektor lain (sebagai info, pendapatan RUIS dari Chevron melebihi 10% dari total pendapatannya hingga tahun 2021 lalu). Kenaikan pendapatan ini lebih banyak disumbangkan dari kenaikan pendapatan dari jasa inspeksi dan jasa lainnya (jasa penunjang konstruksi dan manajemen gedung). Adapun pendapatan dari kegiatan pivotal perusahaan untuk beralih ke industri energi terbarukan masih belum terlihat jelas dalam laporan keuangan, namun diharapkan strategi ini dapat berimbas pada kinerja perusahaan yang lebih baik.
Laba Bersih dan Profitabilitas
Adapun laba bersih perusahaan juga fluktuatif. Hal ini dipicu oleh naiknya harga material yang digunakan untuk eksplorasi migas dan jasa manpower profesional yang tidak murah. Ini menyebabkan margin profitabilitas perusahaan industri migas cukup rendah, terlihat dari Net Profit Margin (NPM) RUIS sekitar 1-2% setiap tahunnya. Ini pun juga terlihat dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) perusahaan yang memang sangat sulit menjangkau 10% dalam 5 tahun terakhir.
Kabar baiknya, perusahaan tidak merugi dalam 10 tahun terakhir, bahkan ketika diterpa pandemi COVID-19. Per tahun 2022 perusahaan mencatatkan laba bersih 20 miliar rupiah, naik jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 18 miliar rupiah.
Neraca Keuangan RUIS
Meskipun dalam 10 tahun terakhir aset perusahaan tidak banyak perubahan, dapat dilihat bahwa ekuitas perusahaan bertumbuh. Pertumbuhan ini terjadi dengan CAGR 8,19% dalam 10 tahun dan liabilitas perusahaan terus turun dengan CAGR 2,17% dalam 10 tahun.
Per tahun 2022 RUIS memiliki aset sebesar 1,268 triliun rupiah dengan ekuitas 523 miliar rupiah dan liabilitas 726 miliar rupiah. Ini menjadikan debt to equity ratio (DER) perusahaan sebesar 1,39. Aset yang dimiliki oleh RUIS per tahun 2022 juga terdiri dari 713 miliar Rupiah aset lancar dan sisanya aset tidak lancar. Angka ini termasuk wajar untuk perusahaan yang bergerak di bidang industri migas. Yang lebih menarik adalah melihat Current Ratio perusahaan sebesar 1,26 kali dan Interest Coverage Ratio (ICR) sebesar 1,64 kali. Ini menandakan bahwa perusahaan tidak terlalu terbebani dengan liabilitas jangka pendeknya.
Aliran Kas Perusahaan
Kinerja perusahaan yang cukup fluktuatif ini juga mengakibatkan perusahaan menghasilkan arus kas operasional yang fluktuatif pula. Perusahaan juga mampu menghasilkan arus kas operasional positif selama 9 tahun berturut turut, bahkan dalam kondisi pandemi COVID-19 sekalipun. Per akhir tahun 2020 perusahaan mencatatkan arus kas operasional sebesar 103 miliar rupiah. Jika dicermati kembali, perusahaan juga fokus untuk terus membayar liabilitas jangka pendek dan jangka panjang.
Valuasi Saham RUIS
Per artikel ini ditulis, harga saham RUIS berada pada 193 rupiah per lembar saham dengan nilai market capital sebesar 148,6 miliar rupiah. Pada kondisi ini PER saham RUIS berada pada level 7,42 kali dan PBV berada pada 0,27 kali. Jika dibandingkan rata-rata PER saham RUIS dalam 10 tahun terakhir sebesar 6,43 kali dan PBV rata-rata dalam 10 tahun terakhir sebesar 0,49 kali, maka bisa dikatakan bahwa saham RUIS termasuk cukup murah saat ini. Jika Anda membeli saham RUIS pada kondisi ini, maka sebenarnya Anda membeli saham RUIS untuk mendapatkan aset lancar hampir 5x dari harga yang Anda bayar (masih ingat aset lancar RUIS sebesar 713 miliar Rupiah?).
Penutup
Radiant Utama Interinsco sudah memiliki pengalaman selama hampir 40 tahun dalam industri migas di Indonesia dengan customer tetap nama-nama besar mulai dari Pertamina, Schlumberger, British Petroleum, Chevron (saat ini sudah menghentikan kontrak dengan Indonesia), PetroChina, dan Medco Energi. Kinerja perusahaanpun tidak terlalu buruk, bahkan dapat menunjukkan pertumbuhan pendapatan seiring pulihnya dunia dari pandemi COVID-19. Perusahaan juga berkomitmen untuk mengurangi liabilitas dan juga menunjukkan pertumbuhan ekuitas yang konsisten dalam 10 tahun terakhir. Pada valuasi sahamnya saat ini pun saham ini menjadi terlihat menarik.
Beberapa poin yang perlu dipertimbangkan dalam memilih saham RUIS adalah jumlah saham beredarnya sebesar 770 miliar lembar saham dengan 34% pemiliknya berasal dari masyarakat yang kepemilikannya kurang dari 5% sehingga ada kemungkinan saham bisa saja digunakan sebagai “bahan gorengan”. Langkah pivotal perusahaan dalam mengembangkan energi terbarukan, serta beberapa pemain lama di industry migas yang mengakhiri kontraknya di Indonesia (Shell, Chevron) bisa menjadi hal yang kurang baik untuk perusahaan. Adanya Haiyanto pada komposisi pemegang saham RUIS juga menjadi poin yang menarik untuk dipertimbangkan kembali. Namun keputusan untuk membeli tetap berada di tangan Anda, sehingga Anda perlu menganalisis kembali data yang sudah ada.
Referensi: