BUMN karya mendapatkan sentiment yang buruk dari masyarakat beberapa bulan belakangan. Bagaimana tidak, jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh Istaka Karya dan Waskita Karya (WSKT) lebih besar dari aset yang mereka miliki saat ini dan berimbas pada tertundanya pembayaran subkontraktor. Hal ini juga diperparah dengan ditangkapnya Dirut Waskita Karya karena korupsi yang dilakukannya ketika menjabat menjadi Direktur Waskita Beton Precast (WSBP) periode 2016 hingga 2020. Banyaknya isu buruk yang menyelimuti BUMN Karya ini mengakibatkan semua harga saham BUMN Karya dan anak perusahaannya turun drastis. Namun apakah semua perusahaan BUMN Karya dan anak perusahaannya buruk? Kali ini penulis akan membahas analisis saham WEGE (Wijaya Karya Bangunan Gedung) yang harganya juga ikut terdiskon.
Tentang perseroan
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung (lebih dikenal dengan WIKA Gedung dengan kode saham WEGE) sudah memulai kiprahnya sejak Oktober 2008. Divisi Pembangunan Gedung yang dimiliki sebelumnya oleh Wijaya Karya juga dileburkan ke WEGE pada 2016. Ini cukup berbeda dari beberapa kompetitor swasta yang sudah berkecimpung lebih dari 30 tahun di industri ini (misalnya NRCA dan TOTL).
Menjadi anak perusahaan dari BUMN Wijaya Karya, WEGE kini sudah bertransformasi menjadi perusahaan konstruksi Gedung yang sudah diperhitungkan. Per tahun 2022 WEGE telah mengerjakan 97 proyek residensial, 79 proyek fasilitas umum, 101 gedung perkantoran, dan 72 gedung komersial. Beberapa proyek besar yang telah dikerjakan oleh WEGE diantaranya Da Vinci Tower Jakarta, Pullman Hotel & Resort Mandalika, dan de Braga by Artotel Bandung.
WEGE memang mulai mengambil proyek-proyek pemerintah sejak awal, namun semenjak pandemi COVID-19, WEGE mengambil peranan lebih besar pada proyek pemerintah. WEGE juga ikut andil dalam proyek pembangunan bandara (Sultan Syarif Kasim I Riau International Airport, Terminal 3 Soekarno-Hatta International Airport) dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Teknologi modular dan BIM
Saat ini WEGE bisa jadi memiliki unique selling point diantara sekian banyak BUMN Karya serta anak perusahaannya. Teknologi modular yang diusung WEGE dapat mempercepat proses konstruksi gedung dan bangunan lain yang memungkinkan untuk dibangun secara modular. Proyek Pit Building Sirkuit Internasional Mandalika merupakan proyek yang menggunakan teknologi ini, yang membutuhkan waktu pengerjaan kurang dari 2 bulan. Teknologi ini juga diterapkan pada bangunan kawasan hunian pekerja di IKN.
WEGE juga menjadi perusahaan pertama yang sudah memiliki sertifikasi dalam penerapan Building Information Modelling (BIM). Sistem BIM ini juga membantu manajemen proyek WEGE menjadi lebih mudah untuk dipantau dan tertata secara sistem.
Kepemilikan saham
Total saham WEGE yang beredar sebesar 9,57 miliar lembar saham. Dari sekian lembar saham tersebut, 70% dimiliki oleh PT. Wijaya Karya (WIKA) dan Koperasi Karyawan WIKA (hanya 0,7%). Adapun 30% dari total saham WEGE dimiliki oleh masyarakat.
Pendapatan dan Capaian Kontrak Perusahaan
Dari data yang didapat sejak IPO pada tahun 2017, terlihat bahwa pendapatan perusahaan cenderung kurang stabil. Pendapatan perusahaanpun juga terlihat menurun pada tahun 2022 sebesar 2,36 triliun Rupiah, turun sekitar 25% dari pendapatan pada tahun 2021. Penurunan yang cukup dalam dibandingkan pendapatan terbesarnya di tahun 2018 (5,8 triliun Rupiah) disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19. Hal ini bisa dilihat dari penurunan pendapatan dari 2019 hingga 2020 sebesar hampir 39%. Kabar baiknya, pendapatan kuartal 1 tahun 2023 menunjukkan kenaikan sebesar 54,8% dibandingkan pendapatan kuartal 1 tahun 2022.
Meskipun pendapatan pada tahun 2022 menurun dibandingkan tahun 2021, sebenarnya perusahaan mendapatkan nilai kontrak baru 2 kali lipat dibandingkan tahun 2021. Tentunya ini kabar baik mengingat sector konstruksi merupakan salah satu sektor yang tertampar paling keras selama pandemi COVID-19 lalu. Untuk tahun ini perusahaan menargetkan dapat mengantongi 251 kontrak dengan total nilai 15,6 triliun Rupiah.
Laba Bersih & Profitabilitas Perusahaan
Fluktuatifnya pendapatan perusahaan sepertinya tidak diikuti oleh laba bersihnya. Semenjak laba bersihnya yang turun drastic sejak 2020, perusahaan mulai mencatatkan pertumbuhan laba bersih. Per 2022 pun laba bersihnya naik tipis sebesar 6% dibandingkan laba bersih periode 2021.
Melihat profitabilitas WEGE justru lebih menarik, di mana kinerjanya dapat membuat perusahaan mendekati ROE 10%. Tentu pencapaian yang tidak buruk untuk perusahaan yang bounce back dari pandemi COVID-19. Memang kinerjanya bisa dikatakan jauh dari kinerja perusahaan sebelum pandemic yang bisa mencatatkan ROE lebih dari 10%.
Neraca Perusahaan
Dalam periode 2017 hingga tahun 2022, aset perusahaan sebenarnya bertumbuh dengan CAGR sebesar 3,31%. Dari grafik komposisi aset WEGE ini terlihat bahwa perusahaan berusaha menaikkan ekuitasnya sembaru menurunkan liabilitasnya. Terlihat di sini dalam rentang tahun 2017 hingga 2022 ekuitas perusahaan bertumbuh dengan CAGR 8,06%.
Per akhir tahun 2022 WEGE memiliki aset sebesar 5,4 triliun Rupiah dengan 2,54 triliun Rupiah sebagai ekuitas dan 2,88 triliun Rupiah sebagai liabilitas. Ini menjadikan debt to equity ratio (DER) perusahaan sebesar 1,14, angka yang cukup sehat untuk perusahaan konstruksi. Yang lebih menarik adalah melihat Current Ratio perusahaan sebesar 1,98 kali, maka bisa dilihat bahwa perusahaan tidak terlalu terbebani dengan liabilitas jangka pendeknya.
Dari 5,4 triliun aset WEGE per 2022 ini, hampir 4 triliun Rupiah diantaranya adalah aset lancar dan 916 miliar Rupiahnya adalah kas. Jadi WEGE masih punya cukup amunisi dalam menjalankan proyeknya tahun ini.
Aliran Piutang Perusahaan
Dibalik kondisi neraca perusahaan yang cukup sehat, piutang perusahaan terlihat kurang menarik untuk dilihat. Pasalnya, dari 539 miliar Rupiah piutang perusahaan per tahun 2022, 439 miliar Rupiah diantaranya merupakan piutang yang belum dibayarkan lebih dari setahun setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan piutang retensi perusahaan yang sebagian besar juga tertunggak lebih dari setahun.
Hal ini bisa jadi disebabkan dari piutang yang tidak terbayar dari perusahaan induk (WIKA). Seperti yang diketahui Bersama bahwa WIKA juga mengerjakan proyek Kereta Cepat Indonesia China, dan WEGE juga mengerjakan beberapa proyek stasiunnya. Rencananya pemerintah akan menyuntikkan modal tambahan ke WIKA di tahun depan untuk pembayaran hutangnya. Diharapkan dari aliran modal ini juga berimbas pada piutang WEGE yang terbayarkan.
Aliran Kas Perusahaan
Pembayaran piutang ini juga berimbas pada aliran kas WEGE. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya di tahun 2022 perusahaan mencatatkan aliran kas operasi negatif sebesar hampir 600 miliar Rupiah. Sepanjang tahun 2017 hingga 2021 perusahaan tidak mencatatkan arus kas operasi negatif. Perusahaan berharap dari kontrak baru yang bertambah juga berimbas baik pada aliran kas perusahaan.
Valuasi Saham WEGE
Per artikel ini ditulis, harga saham WEGE berada pada 101 Rupiah per lembar saham dengan nilai market capital sebesar 966 miliar Rupiah. Pada kondisi ini valuasi PBV saham WEGE berada pada 0,38 kali. Jika dibandingkan rata-rata PBV saham WEGE dalam 6 tahun terakhir sebesar 1,05 kali, maka bisa dikatakan bahwa saham WEGE termasuk cukup murah saat ini.
Jika Anda membeli saham WEGE pada kondisi ini, maka sebenarnya Anda membeli saham WEGE hampir setara dengan kas WEGE (masih ingat kas WEGE per akhir 2022 sebesar 916 miliar Rupiah?). Bahkan Anda mendapat diskon hampir 75% untuk mendapatkan aset lancar perusahaan yang sebesar hampir 4 triliun Rupiah jika membeli saham WEGE pada harga ini.
Penutup
PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang memiliki spesialis pada gedung dengan teknologi modularnya. Perusahaan juga memiliki portfolio gedung yang beragam mulai dari perkantoran hingga gedung komersil. Meskipun pendapatannya yang kurang stabil, perusahaan berhasil mencatatkan tren meningkat pada laba bersihnya setelah terhantam dampak pandemi COVID-19. Perusahaan juga mampu mendapatkan kontrak baru pada tahun 2022 dengan peningkatan nilai kontrak baru 2 kali lipat dibandingkan tahun 2021. Valuasi saham WEGE saat ini juga terbilang murah sehingga cukup menarik jika dibeli pada harga ini.
Perputaran piutang yang kurang baik cenderung membawa perusahaan pada arus kas yang kurang baik per akhir tahun 2022 ini. Jika tidak diantisipasi segera, maka perusahaan mau tak mau harus “gali lubang tutup lubang” untuk mempertahankan aliran kasnya. Kabar baiknya, piutang dari perusahaan berelasi bisa cair secepatnya mengingat rencana right issue yang akan dilakukan WIKA tahun depan.
WEGE menargetkan peningkatan pendapatan di akhir 2023 hampir 2 kali lipat dari pendapatan tahun 2022. Target ini dibarengi dengan target pencapaian target baru di akhir 2023 sebesar 6,69 triliun Rupiah. Menarik untuk melihat kinerja WEGE dalam 5 tahun ke depannya. Namun analisis lebih mendalam diperlukan untuk menunjang keputusan Anda dalam memilih saham ini.
Referensi:
Investor & Analyst Meeting WEGE May 2023